
Ketika berhubungan seksual, vagina Anda secara alami memproduksi pelumas. Tujuannya, agar Anda dan pasangan dapat berhubungan seksual dengan nyaman. Pelumas ini diproduksi oleh kelenjar bartholin. Ia mengalirkan cairan ke dalam vagina. Namun, ketika kelenjar ini tersumbat, ia akan menjadi kista bartholin.
Seperti yang Anda ketahui, kista adalah kantung yang berisi zat tertentu. Ia dapat terletak di bawah kulit atau pada organ tertentu. Kista bukan kanker sehingga pada umumnya tidak berbahaya. Namun, ketika mulai menganggu aktivitas Anda, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Ciri lainnya adalah kista terus membesar, terasa nyeri, dan bernanah.
Pada kista bartholin, kantung terbentuk di kelenjar bartholin sehingga memengaruhi vagina. Kantung ini biasanya berisi cairan. Ketika terinfeksi, ia dapat terisi nanah. Jika ini terjadi, Anda tak bisa menganggapnya sepele.
Kista bartholin tepatnya terletak di bibir vagina. Dunia kedokteran menyebutnya sebagai labia. Ketika terbentuk kista bartholin, cairan pelumas yang diproduksi kelenjar ini tersumbat. Bukannya keluar, cairan di dalamnya tertampung dalam kista atau malah masuk kembali ke dalam kelenjar.
Padahal, cairan ini mengurangi risiko gesekan ketika Anda berhubungan seksual. Sehingga, kelamin Anda dan pasangan tidak mengalami lecet. Karena itulah, kista bartholin biasanya terbentuk pada perempuan berusia 20–30 tahun yang aktif secara seksual. Perempuan menopause jarang mengalami masalah ini karena kelenjarnya telah menyusut.
Baca juga: Fakta Kandidiasis Infeksi Jamur yang Disepelekan Tapi Berbahaya
Umumnya, Anda tidak menyadari jika memiliki kista bartholin saat ukurannya masih kecil. Namun, ketika ukurannya mulai membesar dan terasa sakit, Anda baru menyadari gejala-gejala ini.
Belum diketahui penyebab pasti kondisi ini. Kista ini juga tidak ditularkan. Namun, pada beberapa kasus, diduga kista bartholin dipicu oleh penyakit menular seksual. Sebab, penyakit menular seksual terjadi karena adanya infeksi bakteri. Bakteri-bakteri ini diketahui dapat menimbulkan penyumbatan di tubuh Anda bahkan menghasilkan nanah. Jenis bakteri tersebut antara lain
Neisseria gonorrhoeae menyebabkan gonore yang dapat menulari Anda lewat kontak seksual.
Bakteri yang menyebabkan klamidia dan menulari Anda lewat kontak seksual.
Escherichia coli sebenarnya ada pada saluran pencernaan Anda. Sehingga, ia dapat berada di anus. Namun, ketika berhubungan seksual, jari atau kelamin pasangan mungkin mengarah dari anus ke vagina Anda. Sehingga, bakteri ini masuk ke vagina dan menimbulkan infeksi.
Bila mengalami gejala-gejala di atas, segera datang ke dokter. Dokter akan melakukan diagnosa dengan memeriksa kelamin Anda. Ada beberapa tes penunjang lainnya seperti tes swab vagina untuk memastikan kemungkinan adanya penyakit menular seksual. Bahkan, dokter dapat melakukan biopsi untuk memeriksa adanya sel kanker.
Ada beberapa metode pengobatan yang dapat Anda lakukan. Pertama, dokter akan meresepkan obat-obatan baik pereda nyeri maupun antibiotik. Anda juga disarankan berendam di air hangat di rumah untuk membuat kelamin terasa nyaman. Jika tak mempan, dokter dapat melakukan operasi pengeluaran nanah (inisisi dan drainase).
Operasi ini dilakukan jika ukuran kista cukup besar dan mengalami infeksi. Nanah tersebut harus dikeluarkan agar tak membahayakan Anda. Dokter juga dapat memasangkan kateter untuk mengalirkan cairan nanah tersebut. Kateter dapat dipasang selama 2–6 minggu.
Jika Anda terus mengeluhkan kista tersebut dan cara-cara di atas tak juga mempan, kelenjar bartholin dapat diangkat. Anda tak dapat melakukan hubungan seksual selama beberapa waktu. Kateter juga akan tetap dipasang untuk mengalirkan nanah.
Baca juga: Operasi Vaginoplasty Apakah Solusi dari Vagina Longgar?