loading

Disfungsi Seksual: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Disfungsi seksual adalah gangguan yang dapat menghambat seseorang untuk merasakan kepuasan dalam aktivitas seksual. 

Masalah ini dapat dialami oleh pria maupun wanita dan seringkali menjadi sumber stres dan kegelisahan. Kondisi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari dorongan seksual hingga respon tubuh saat berhubungan intim.

Hubungan intim adalah menjadi bagian penting dari kesehatan dan kualitas hidup Anda, sehingga saat terkena disfungsi seksual ini dapat menjadi hal yang sulit secara fisik dan emosional.  

Dilansir dari Cleveland Clinic, hingga 43% wanita dan 31% pria dilaporkan pernah mengalami  disfungsi seksual semasa hidupnya.

Penyebab Disfungsi Seksual

Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, baik fisik maupun psikologis. Berikut adalah penyebab utama disfungsi seksual yang perlu Anda ketahui:

1. Penyebab Fisik Disfungsi Seksual

  • Kondisi medis: Penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, penyakit tiroid, dan multiple sclerosis dapat mengganggu fungsi seksual.
  • Cedera: Cedera pada organ reproduksi atau saraf tulang belakang dapat merusak saraf yang mengontrol respons seksual.
  • Efek samping obat-obatan: Beberapa obat, seperti antidepresan, obat tekanan darah tinggi, dan obat kemoterapi, dapat menyebabkan disfungsi seksual sebagai efek samping.
  • Gangguan hormon: Ketidakseimbangan hormon, seperti hormon testosteron pada pria dan hormon estrogen pada wanita, dapat memengaruhi libido dan fungsi seksual.
  • Penyakit kronis: Penyakit seperti penyakit Parkinson atau penyakit ginjal kronis juga dapat berkontribusi pada disfungsi seksual.

2. Penyebab Psikologis Disfungsi Seksual

  • Stres: Stres yang berkepanjangan dapat menurunkan libido dan mengganggu fungsi seksual.
  • Depresi dan kecemasan: Gangguan mood seperti depresi dan kecemasan seringkali dikaitkan dengan disfungsi seksual.
  • Masalah hubungan: Konflik dalam hubungan, kurangnya komunikasi, atau trauma masa lalu dapat memengaruhi kehidupan seks.
  • Kurang percaya diri: Perasaan tidak percaya diri tentang tubuh atau kinerja seksual dapat menghambat gairah seksual.
  • Trauma seksual: Pengalaman trauma seksual di masa lalu dapat menyebabkan disfungsi seksual.

3. Faktor Risiko Lain

  • Usia: Seiring bertambahnya usia, risiko disfungsi seksual cenderung meningkat.
  • Gaya hidup: Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan kurang olahraga dapat meningkatkan risiko disfungsi seksual.
  • Obesitas: Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk disfungsi seksual.

Menurut healthline, Disfungsi seksual berbeda dengan aseksualitas. Hal ini dapat terjadi kapan saja. Orang dari segala usia dapat mengalami disfungsi seksual, meskipun kemungkinannya meningkat seiring bertambahnya usia. 

Gejala Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual dapat memengaruhi pria dan wanita dengan berbagai tanda yang bervariasi. Berikut adalah gejala umum dan gejala berdasarkan jenis kelamin:

1. Gejala Umum Disfungsi Seksual

  • Hilangnya minat seksual: Kehilangan keinginan untuk berhubungan seks atau libido yang rendah.
  • Kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi: Ini adalah gejala umum pada pria.
  • Kesulitan mencapai orgasme: Baik pada pria maupun wanita.
  • Nyeri saat berhubungan seksual: Rasa sakit atau ketidaknyamanan selama aktivitas seksual.
  • Vaginismus: Kontraksi otot vagina yang menyakitkan, seringkali membuat penetrasi menjadi sulit atau tidak mungkin.
  • Ejakulasi dini atau tertunda: Masalah dengan kontrol ejakulasi, ejakulasi dini.

2. Gejala Spesifik pada Pria

  • Ereksi pagi yang berkurang atau hilang: Ereksi pagi sering terjadi secara spontan dan merupakan indikator kesehatan seksual yang baik.
  • Kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk penetrasi. Impotensi adalah salah satu masalah utama disfungsi seksual pada pria.

3. Gejala Spesifik pada Wanita

  • Kesulitan terangsang: Tidak merasakan sensasi seksual yang cukup untuk mencapai orgasme.
  • Vagina kering: Kurangnya pelumasan vagina dapat menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seks.
  • Anorgasmia: Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme, meskipun mengalami rangsangan seksual yang cukup.

Jika gejala disfungsi seksual berlangsung lama atau memengaruhi kualitas hidup, segera konsultasikan dengan dokter andrologi terdekat.

Apakah Disfungsi Seksual Bisa Sembuh

Disfungsi seksual tentu saja dapat memengaruhi kualitas hubungan intim, namun kabar baiknya adalah kondisi ini sering kali bisa disembuhkan. 

Tingkat keberhasilan pemulihan sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya, baik itu faktor fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya. 

Dengan identifikasi yang tepat terhadap faktor penyebab, banyak orang yang mengalami perbaikan signifikan dalam fungsi seksual mereka. 

Penting untuk tidak mengabaikan gejala dan segera mencari bantuan medis untuk mengetahui langkah yang diperlukan menuju pemulihan.

Selain itu, kesembuhan dari disfungsi seksual juga sangat bergantung pada kesediaan individu untuk memahami kondisinya dan bekerja sama dalam proses penanganan. 

Dukungan dari pasangan dan keterbukaan dalam komunikasi juga dapat membantu mempercepat pemulihan. 

Karena setiap individu memiliki penyebab dan kondisi yang unik, prognosis kesembuhan akan berbeda-beda, tetapi dengan pendekatan yang tepat, banyak orang berhasil mendapatkan kembali kehidupan seksual yang memuaskan.

Konsultasi Dokter Online CTA

Pengobatan yang Ampuh

Disfungsi seksual dapat diatasi dengan pendekatan yang tepat, baik melalui terapi medis, psikologis, maupun perubahan gaya hidup. Berikut adalah beberapa cara pengobatan disfungsi seksual yang efektif:

1. Obat-obatan

  • Untuk disfungsi ereksi: Obat-obatan seperti sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), vardenafil (Levitra), dan avanafil bekerja dengan meningkatkan aliran darah ke penis.
  • Antidepresan: Beberapa jenis antidepresan dapat membantu meningkatkan libido dan mengatasi masalah orgasme.
  • Hormon: Terapi hormon, seperti pemberian testosteron pada pria, dapat membantu jika disfungsi seksual disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.

2. Terapi

  • Terapi perilaku kognitif (CBT): Terapi ini membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif terkait seks.
  • Terapi seks: Terapi ini fokus pada teknik-teknik untuk meningkatkan kepuasan seksual dan mengatasi masalah komunikasi dalam hubungan.
  • Konseling pasangan: Terapi ini dapat membantu pasangan mengatasi masalah yang mendasari disfungsi seksual dalam hubungan mereka.

3. Perubahan Gaya Hidup

  • Olahraga teratur: Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi stres.
  • Diet sehat: Makanan bergizi dapat meningkatkan energi dan kesehatan secara keseluruhan.
  • Kelola stres: Teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat membantu mengurangi stres.
  • Hindari alkohol dan tembakau: Zat-zat ini dapat memengaruhi fungsi seksual.

4. Perangkat Medis

  • Pompa vakum: Perangkat ini menciptakan vakum untuk menarik darah ke penis dan menghasilkan ereksi.
  • Prostesis penis: Implan penis dapat memberikan ereksi yang kaku.

5. Prosedur Bedah

  • Bedah pembuluh darah: Untuk memperbaiki masalah aliran darah ke penis.
  • Implan penis: Untuk mengganti jaringan penis yang rusak.

Pilihan pengobatan terbaik akan ditentukan oleh dokter setelah melakukan evaluasi menyeluruh.

Jangan Sampai Mengganggu Hubungan Anda! Atasi Disfungsi Seksual di Klinik Utama Pandawa

Konsultasi Dokter Gratis

Jangan biarkan disfungsi seksual mengganggu keharmonisan hubungan Anda! Klinik Utama Pandawa hadir sebagai solusi terpercaya dengan layanan medis profesional yang dirancang khusus untuk mengatasi masalah disfungsi seksual. 

Dengan dukungan dokter spesialis berpengalaman dan pendekatan modern, kami siap membantu Anda menemukan akar masalah dan memulihkan kepercayaan diri. 

Klinik kami menjamin privasi dan kenyamanan selama proses konsultasi hingga perawatan selesai. Segera jadwalkan konsultasi sekarang dan kembalikan kualitas hubungan Anda bersama Klinik Utama Pandawa!

Konsultasi Dokter Online CTA
Referensi
  • Healthline (2017), What Is Sexual Dysfunction?
  • Cleveland Clinic (2024), Sexual Dysfunction.