Hipogonadisme: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Hipogonadisme adalah kondisi medis di mana tubuh tidak memproduksi cukup hormon seks, baik testosteron pada pria maupun estrogen dan progesteron pada wanita.
Gangguan ini bisa berdampak pada pertumbuhan, fungsi reproduksi, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Meskipun tidak selalu disadari sejak awal, hipogonadisme dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan, mulai dari energi sehari-hari hingga kesuburan.
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita, dan bisa bersifat bawaan maupun didapat seiring waktu.
Gejalanya pun sering kali samar, seperti kelelahan kronis, penurunan gairah seksual, hingga perubahan suasana hati yang ekstrem.
Apa Itu Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah gangguan di mana kelenjar kelamin (testis pada pria, ovarium pada wanita) tidak memproduksi cukup hormon seks.
Hormon seks memiliki peran penting dalam perkembangan seksual, fungsi organ reproduksi, pembentukan massa otot, kepadatan tulang, hingga suasana hati.
Gangguan ini bisa bersifat bawaan (kongenital) atau didapat (akuisita). Beberapa orang sudah mengalaminya sejak lahir, sementara lainnya berkembang seiring bertambahnya usia atau akibat penyakit tertentu.
Jenis-Jenis Hipogonadisme
Hipogonadisme dibagi menjadi dua jenis utama berdasarkan sumber masalahnya:
1. Hipogonadisme Primer
Merupakan kondisi di mana kelenjar kelamin itu sendiri mengalami kerusakan, sehingga tidak mampu memproduksi hormon dengan optimal. Beberapa penyebabnya meliputi:
- Sindrom Klinefelter (pada pria)
- Sindrom Turner (pada wanita)
- Cedera atau operasi pada testis/ovarium
- Radiasi atau kemoterapi
- Infeksi seperti gondongan yang memengaruhi testis
2. Hipogonadisme Sekunder
Terjadi akibat gangguan pada bagian otak, yaitu hipotalamus atau kelenjar pituitari, yang berperan mengatur fungsi hormon kelamin. Beberapa penyebab umum:
- Tumor otak
- Malnutrisi
- Obesitas berat
- Stres kronis
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti steroid
Gejala Hipogonadisme pada Pria
Gejala hipogonadisme pria bisa bervariasi tergantung usia. Berikut adalah beberpa tanda yang umum terjadi:
Bayi laki-laki:
- Alat kelamin tidak berkembang sempurna
- Testis tidak turun ke skrotum
Remaja laki-laki:
- Keterlambatan pubertas
- Suara tidak membesar
- Rambut tubuh tidak tumbuh
- Pertumbuhan otot lambat
- Testis dan penis tetap kecil
Pria dewasa:
- Penurunan libido
- Disfungsi ereksi
- Kelelahan kronis
- Hilangnya massa otot
- Pertumbuhan rambut berkurang
- Gangguan suasana hati atau depresi
- Infertilitas (ketidaksuburan)
- Ginekomastia (pembesaran payudara)
Pada wanita, gejalanya juga bervariasi tergantung usia dan tingkat keparahan kekurangan hormon:
Remaja perempuan:
- Tidak mengalami menstruasi (amenore primer)
- Pertumbuhan payudara tidak terjadi
- Keterlambatan pubertas
Wanita dewasa:
- Siklus menstruasi tidak teratur atau berhenti sama sekali
- Penurunan gairah seksual
- Kekeringan pada vagina
- Keringat malam dan hot flashes (seperti menopause)
- Gangguan tidur
- Tulang mudah rapuh (osteoporosis)
- Infertilitas
Penyebab Hipogonadisme
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan hipogonadisme, baik primer maupun sekunder. Berikut beberapa penyebab yang umum:
Penyebab Hipogonadisme Primer:
- Kelainan genetik, seperti Sindrom Klinefelter dan Turner
- Cedera fisik, seperti trauma pada testis atau ovarium
- Pengobatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi
- Infeksi, misalnya gondongan (mumps)
- Penuaan, produksi hormon memang menurun secara alami seiring usia
Penyebab Hipogonadisme Sekunder:
- Tumor otak, terutama pada kelenjar pituitari
- Obat-obatan, seperti opioid, steroid, atau obat untuk kanker
- Obesitas dan diabetes
- Stres berkepanjangan
- Gangguan makan, seperti anoreksia
- Latihan fisik ekstrem, terutama pada atlet wanita
Bagaimana Cara Mendiagnosis Hipogonadisme?
Diagnosis ini memerlukan pemeriksaan medis yang cermat. Berikut langkah-langkah umum yang dilakukan oleh dokter:
- Anamnesis: Wawancara riwayat kesehatan dan gejala.
- Pemeriksaan fisik: Melihat tanda-tanda seperti pertumbuhan rambut, ukuran testis/ovarium, dan massa otot.
- Tes darah: Untuk mengukur kadar hormon, terutama:
-Testosteron (pada pria)
-Estrogen dan progesteron (pada wanita)
-LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) - Pemeriksaan pencitraan: MRI atau CT scan untuk melihat kelainan di otak (jika diduga ada tumor).
- Tes sperma: Untuk pria yang mengalami infertilitas.
Cara Mengobati Hipogonadisme
Kabar baiknya, hipogonadisme bisa diobati dengan terapi hormon pengganti atau terapi medis lainnya tergantung penyebabnya.
1. Terapi Pengganti Hormon (HRT – Hormone Replacement Therapy)
Pada Pria: Terapi testosteron dalam bentuk suntikan, gel, patch, atau tablet. Tujuannya untuk mengembalikan kadar hormon ke level normal, sehingga fungsi seksual, energi, dan massa otot kembali membaik.
Pada Wanita: Terapi estrogen dan progesteron untuk mengatasi gejala seperti hot flashes, kekeringan vagina, dan menjaga kesehatan tulang.
2. Pengobatan Penyebab Utama
Jika hipogonadisme disebabkan oleh tumor, infeksi, atau gangguan sistemik lain, maka pengobatan harus menyasar akar masalahnya.
3. Perubahan Gaya Hidup
- Menjaga berat badan ideal
- Mengelola stres
- Pola makan sehat
- Olahraga teratur (tapi tidak berlebihan)
- Menghindari alkohol dan merokok
Komplikasi yang Bisa Terjadi
Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti:
- Infertilitas permanen
- Osteoporosis
- Anemia
- Disfungsi seksual jangka panjang
- Penurunan kualitas hidup
- Risiko penyakit kardiovaskular meningkat
Oleh karena itu, diagnosis dan pengobatan sedini mungkin sangat disarankan.
Hipogonadisme dan Kesehatan Mental
Selain memengaruhi tubuh secara fisik, kondisi ini juga berdampak pada kondisi emosional. Banyak penderita yang mengalami:
- Penurunan kepercayaan diri
- Gangguan tidur
- Depresi ringan hingga berat
- Kecemasan
- Mood swing atau perubahan suasana hati ekstrem
Kondisi ini tidak boleh diabaikan dan sebaiknya dikonsultasikan juga dengan psikolog atau psikiater bila perlu.
Hipogonadisme dan Kehidupan Seksual
Hipogonadisme sering berdampak langsung pada kehidupan seksual, baik pria maupun wanita. Gejala seperti disfungsi ereksi, penurunan libido, dan kekeringan vagina bisa mengganggu hubungan dengan pasangan.
Berbicara secara terbuka dengan pasangan dan dokter adalah langkah penting untuk mencari solusi yang tepat. Dengan terapi yang sesuai, kualitas hidup seksual bisa pulih kembali.
Bisakah Hipogonadisme Dicegah?
Sebagian kasus hipogonadisme memang tidak bisa dicegah, terutama yang disebabkan oleh faktor genetik. Namun, untuk hipogonadisme yang dipicu oleh gaya hidup atau penyakit kronis, kamu bisa menurunkan risikonya dengan langkah berikut:
- Hindari stres kronis
- Jaga pola makan dan berat badan
- Rutin olahraga
- Hindari penggunaan steroid tanpa pengawasan dokter
- Rutin cek kesehatan, terutama kadar hormon jika mengalami gejala
Solusi Tepat untuk Hipogonadisme, Hanya di Klinik Utama Pandawa.

Jangan biarkan hormon yang tidak seimbang mengganggu kualitas hidup dan rasa percaya dirimu. Hipogonadisme memang bisa memengaruhi energi, suasana hati, bahkan kehidupan seksual tapi kabar baiknya, semua itu bisa ditangani!
Di Klinik Utama Pandawa, kami hadir dengan layanan medis terpercaya, pemeriksaan hormonal lengkap, dan terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien.
Sudah saatnya kamu mengambil langkah untuk kembali sehat dan seimbang. Yuk, konsultasikan kondisimu dengan dokter ahli di Klinik Pandawa dan temukan solusi tepat untuk mengatasi hipogonadisme.
Dengan penanganan yang tepat, kamu bisa kembali menjalani hidup dengan vitalitas dan semangat penuh!
