Anti-Inflamasi: Manfaat, Jenis, dan Cara Kerjanya
Anti-Inflamasi adalah istilah yang merujuk pada segala bentuk zat atau obat yang berfungsi mengurangi peradangan dalam tubuh.
Peradangan sendiri merupakan respons alami sistem imun terhadap cedera, infeksi, atau iritasi, namun jika berlangsung terus-menerus, bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Obat anti-inflamasi, baik yang bersifat alami maupun sintetis, digunakan secara luas untuk mengatasi berbagai kondisi, mulai dari nyeri sendi, radang tenggorokan, hingga penyakit kronis seperti artritis dan gangguan autoimun.
Namun, penting untuk memahami cara kerja, jenis, serta efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan obat-obatan ini, terutama jika digunakan dalam jangka panjang.
Apa itu Anti-Inflamasi
Anti-inflamasi merujuk pada segala hal yang dapat mengurangi atau menghambat proses peradangan dalam tubuh.
Peradangan kronis sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun dapat merusak jaringan tubuh dan berkontribusi pada perkembangan berbagai penyakit.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola peradangan dengan pendekatan yang tepat, salah satunya melalui konsumsi makanan anti-inflamasi.
Manfaat Diet Anti-Inflamasi
Mengadopsi diet anti-inflamasi dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan, antara lain:
- Mengurangi Risiko Penyakit Kronis: Konsumsi makanan anti-inflamasi dapat menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker.
- Meningkatkan Fungsi Otak: Makanan seperti ikan berlemak dan sayuran hijau dapat mendukung kesehatan otak dan mengurangi risiko gangguan kognitif.
- Mengendalikan Berat Badan: Diet ini membantu mengurangi peradangan yang dapat mempengaruhi metabolisme tubuh.
- Meningkatkan Kesehatan Kulit: Mengurangi peradangan dapat membantu mengatasi masalah kulit seperti jerawat dan psoriasis.

Baca Juga: Kencing Anda Terasa Sakit? Bisa Jadi Karena Ini!
Jenis-Jenis Obat Anti-Inflamasi
Obat anti-inflamasi dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dan obat anti-inflamasi steroid. Masing-masing memiliki mekanisme kerja dan indikasi penggunaan yang berbeda.
1. Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS)
OAINS adalah kelompok obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi peradangan ringan hingga sedang. Beberapa contoh OAINS yang umum digunakan antara lain:
- Ibuprofen: Digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri haid.
- Aspirin: Selain sebagai pereda nyeri, aspirin juga digunakan untuk mencegah pembekuan darah pada pasien dengan risiko penyakit jantung.
- Naproxen: Digunakan untuk mengatasi nyeri akibat peradangan, seperti pada kasus artritis.
OAINS bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), yang berperan dalam produksi prostaglandin, senyawa yang menyebabkan peradangan dan nyeri.
Meskipun efektif, penggunaan OAINS harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan efek samping, seperti gangguan lambung dan peningkatan risiko perdarahan.
2. Obat Anti-Inflamasi Steroid
Obat anti-inflamasi steroid, atau yang sering disebut kortikosteroid, adalah obat yang memiliki efek anti-inflamasi yang lebih kuat dibandingkan OAINS. Beberapa contoh kortikosteroid yang sering digunakan antara lain:
- Prednison: Digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi inflamasi, seperti alergi berat, asma, dan penyakit autoimun.
- Deksametason: Digunakan dalam pengobatan kondisi inflamasi akut dan sebagai terapi tambahan pada beberapa jenis kanker.
Kortikosteroid bekerja dengan cara menekan sistem imun dan mengurangi produksi senyawa inflamasi. Meskipun efektif, penggunaan steroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan efek samping serius, seperti osteoporosis, peningkatan gula darah, dan gangguan suasana hati.
Cara Kerja Anti-Inflamasi
Berikut ini penjelasan singkat dan mudah dipahami tentang cara kerjanya:
1. Menghambat Produksi Senyawa Pro-Inflamasi
Tubuh menghasilkan senyawa kimia seperti prostaglandin, sitokin, dan leukotrien saat terjadi peradangan. Senyawa-senyawa ini menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan panas.
Obat anti-inflamasi seperti NSAID (misalnya ibuprofen atau aspirin) bekerja dengan menghambat enzim COX (cyclooxygenase) yang bertugas memproduksi prostaglandin. Hasilnya, rasa sakit dan pembengkakan berkurang.
2. Menekan Aktivitas Sistem Imun (pada Kasus Tertentu)
Beberapa anti-inflamasi, terutama kortikosteroid seperti prednison, bekerja dengan menekan respons imun berlebihan.
Ini berguna dalam kondisi autoimun (misalnya rheumatoid arthritis) di mana sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri.
3. Mengurangi Aktivitas Sel Imun
Obat ini juga bisa menghambat migrasi dan aktivitas sel-sel imun, seperti neutrofil dan makrofag, ke area peradangan. Ini membantu mencegah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh respons imun yang berlebihan.
4. Efek dari Bahan Alami Anti-Inflamasi
Bahan alami seperti kurkumin (dari kunyit), omega-3, atau gingerol (dari jahe) juga bekerja dengan menghambat enzim dan senyawa pro-inflamasi.
Meski efeknya lebih ringan dibanding obat medis, bahan alami ini bisa memberikan manfaat jangka panjang tanpa efek samping berat.
Penyakit yang Dapat Diatasi Dengan Anti-Inflamasi
Berikut adalah beberapa penyakit peradangan dalam tubuh yang umum terjadi dan penting untuk dikenali:
1. Arthritis (Radang Sendi)
Arthritis adalah peradangan pada satu atau beberapa sendi, menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan kaku. Jenis yang paling umum:
- Rheumatoid arthritis: Penyakit autoimun di mana sistem imun menyerang sendi.
- Osteoarthritis: Kerusakan tulang rawan akibat usia atau aktivitas berlebih.
2. Psoriasis
Penyakit autoimun yang memicu pertumbuhan sel kulit terlalu cepat, menyebabkan penumpukan dan bercak merah bersisik. Peradangan juga bisa terjadi di sendi (psoriatic arthritis).
3. Hepatitis
Merupakan peradangan hati, biasanya disebabkan oleh virus (hepatitis A, B, C), konsumsi alkohol, atau obat-obatan tertentu. Gejalanya bisa ringan hingga berat dan kronis.
4. Sinusitis
Peradangan pada rongga sinus, sering terjadi akibat infeksi virus, bakteri, atau alergi. Gejalanya meliputi hidung tersumbat, sakit kepala, dan nyeri wajah.
5. Stomatitis
Stomatitis adalah kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan di dalam mulut, seperti gusi, lidah, bibir, dan bagian dalam pipi.
Kondisi ini seringkali menyebabkan rasa sakit, luka, atau iritasi yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti makan, berbicara, bahkan tidur.
6. Endometriosis
Endometriosis terjadi karena adanya jaringan menyerupai jaringan endometrium di luar uterus. Hal tersebut memicu reaksi inflamasi kronis yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri dan perlengketan.
Perlengketan tersebut dapat berkembang ketika jaringan parut menempel pada jaringan atau organ lain sehingga merekatkan antar jaringan ataupun organ.
7. Redness
Redness atau kemerahan, adalah perubahan warna pada kulit yang terjadi ketika pembuluh darah di bawah kulit melebar, menyebabkan darah mengalir lebih banyak ke area tersebut.
Hal ini sering kali menyebabkan area yang terpengaruh menjadi merah, kadang disertai rasa panas, nyeri, atau gatal. Redness bisa muncul di area kecil kulit atau bahkan menyebar di area yang lebih luas, tergantung pada penyebabnya.
Redakan Peradangan, Pulihkan Kesehatan Bersama Klinik Utama Pandawa.

Apakah Anda sering mengalami nyeri sendi, bengkak, atau gejala peradangan lainnya yang mengganggu aktivitas sehari-hari? Jangan biarkan kondisi ini berlarut-larut.
Di Klinik Utama Pandawa, kami menyediakan layanan perawatan anti-inflamasi yang aman, efektif, dan ditangani langsung oleh tenaga medis profesional.
Pendekatan kami menggabungkan terapi medis modern dengan pola hidup sehat untuk membantu meredakan peradangan dari akarnya.
Segara konsultasikan keluhan Anda dan dapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisi tubuh Anda. Dengan perawatan yang tepat, Anda bisa kembali menjalani aktivitas tanpa rasa sakit atau ketidaknyamanan akibat peradangan.
Segera kunjungi Klinik Utama Pandawa dan rasakan perubahan nyata untuk tubuh yang lebih sehat dan berkualitas!

Refrensi
- Healtdirect 2025 Anti-Inflammatory https://www.healthdirect.gov.au/anti-inflammatory-medicines
- National Library of Medicine 2025 NSAID https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547742/