Ektima: Jangan Anggap Sepele Luka Koreng di Kulit Anda!
Ektima merupakan infeksi kulit akibat bakteri yang menyerang lapisan kulit lebih dalam dan bersifat lebih serius dibandingkan impetigo.
Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, namun lebih sering terjadi pada individu dengan sistem imun yang lemah atau kebiasaan menjaga kebersihan yang kurang optimal.
Mengetahui faktor penyebab, tanda-tanda, serta langkah penanganan ektima sangat penting untuk menghindari risiko komplikasi dan membantu mempercepat proses pemulihan.
Penyebab Utama
Ektima merupakan bentuk infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri, biasanya Streptococcus pyogenes atau Staphylococcus aureus yang mirip dengan impetigo. Infeksi ini menyerang lapisan dermis kulit, yaitu lapisan di bawah epidermis (lapisan terluar kulit).
Ektima sering dimulai sebagai lepuh kecil berisi cairan atau nanah yang kemudian pecah membentuk luka terbuka (ulkus) yang ditutupi kerak tebal.
Penyebab utama ektima adalah infeksi bakteri dan dapat masuk ke dalam kulit melalui:
- Luka atau goresan: Luka kecil, goresan, gigitan serangga, atau kondisi kulit lainnya seperti eksim dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri.
- Kebersihan yang buruk: Kebersihan yang buruk dan kurangnya perawatan luka dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Kondisi medis tertentu: Orang dengan diabetes, sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya, karena HIV/AIDS atau pengobatan imunosupresan), atau gangguan peredaran darah lebih rentan terhadap ektima.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena ektima antara lain:
- Usia: Anak-anak dan lansia lebih rentan.
- Kebersihan yang buruk: Kurangnya kebersihan pribadi.
- Kondisi kulit yang sudah ada: Eksim, dermatitis, atau kondisi kulit lain yang menyebabkan luka atau iritasi.
- Diabetes: Kadar gula darah yang tinggi dapat mengganggu penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
- Malnutrisi: Kekurangan nutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memperlambat penyembuhan luka.
- Lingkungan yang lembap dan kotor: Lingkungan yang tidak bersih dan lembap dapat mendukung pertumbuhan bakteri.
Baca Juga: 11 Penyebab Kulit Bentol, Gatal, dan Berair Bening
Gejala Ektima
Gejala ektima biasanya muncul pada kulit yang mengalami luka atau infeksi dan dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani. Berikut adalah gejala utama yang sering ditemukan pada ektima:
1. Luka Kulit yang Dalam
- Luka biasanya dimulai dengan lepuh kecil atau pustula (bintil berisi nanah) yang kemudian pecah.
- Luka ini berkembang menjadi ulkus (borok) dengan tepi yang jelas dan dasar luka berwarna kekuningan atau keabu-abuan.
2. Kerak yang Tebal
- Setelah luka pecah, sering kali terbentuk kerak keras berwarna kekuningan atau cokelat yang menutupi luka.
3. Peradangan di Sekitar Luka
- Kulit di sekitar luka tampak merah, bengkak, dan terasa hangat. Ini adalah tanda adanya peradangan akibat infeksi.
4. Rasa Nyeri
- Area luka biasanya terasa nyeri, terutama jika disentuh atau tertekan.
5. Demam
- Jika infeksi sudah parah, penderita dapat mengalami demam, yang menandakan infeksitelah menyebar lebih jauh.
6. Luka yang Tidak Kunjung Sembuh
- Tidak seperti infeksi kulit ringan lainnya, luka ektima cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dan sering meninggalkan bekas luka setelah sembuh.
Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan ke dokter di klinik spesialis kulit dan kelamin terdekat untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Penanganan dini dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
Komplikasi yang Bisa Terjadi
Ektima yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, terutama jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam atau ke bagian tubuh lainnya. Berikut adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat ektima:
1. Infeksi Sekunder
- Jika luka ektima tidak dirawat dengan baik, infeksi dapat menyebar ke area kulit lainnya atau menjadi lebih parah.
- Kondisi ini dapat menyebabkan abses atau selulitis, yaitu infeksi yang menyebar ke jaringan kulit yang lebih dalam.
2. Jaringan Parut (Scar)
- Luka yang dalam akibat ektima sering kali meninggalkan bekas luka atau jaringan parut permanen setelah sembuh.
3. Sepsis
- Pada kasus yang parah, bakteri penyebab ektima dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan sepsis, yaitu infeksi sistemik yang mengancam jiwa.
4. Limfadenitis
Kelenjar getah bening di dekat area infeksi dapat meradang dan membengkak akibat penyebaran bakteri, kondisi ini disebut limfadenitis.
5. Limfangitis
Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh limfatik, menyebabkan limfangitis, yang ditandai dengan garis-garis merah di kulit yang menjalar dari area infeksi ke arah kelenjar getah bening.
6. Penyebaran Infeksi ke Tulang (Osteomielitis)
Dalam beberapa kasus yang sangat jarang, infeksi dapat menyebar ke tulang di bawah kulit yang terinfeksi, menyebabkan osteomielitis, yang memerlukan penanganan medis segera.
7. Pigmentasi Kulit yang Tidak Merata
Setelah luka sembuh, area kulit yang terinfeksi mungkin mengalami perubahan warna, seperti menjadi lebih gelap atau lebih terang daripada kulit sekitarnya.
8. Resistensi Antibiotik
Jika infeksi tidak ditangani dengan antibiotik yang sesuai atau jika pengobatan dihentikan terlalu dini, bakteri penyebab ektima dapat menjadi resisten terhadap antibiotik, membuat infeksi lebih sulit diobati.
Untuk mencegah komplikasi ini, sangat penting untuk segera mendapatkan perawatan medis jika muncul gejala ektima.
Baca Juga: Xanthelasma: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Cara Mengatasi Ektima
Mengatasi ektima membutuhkan perawatan yang tepat untuk menghentikan infeksi, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi. Berikut adalah langkah-langkah cara mengatasi ektima:
1. Konsultasi Dokter
Langkah pertama adalah menemui dokter untuk diagnosis yang tepat. Dokter mungkin melakukan pemeriksaan fisik dan, jika perlu, mengambil sampel dari luka untuk menentukan jenis bakteri penyebab ektima.
2. Pengobatan Antibiotik
- Antibiotik Topikal: Dokter mungkin meresepkan salep antibiotik seperti mupirocin atau fusidic acid untuk dioleskan langsung pada luka.
- Antibiotik Oral: Jika infeksi sudah parah atau menyebar, antibiotik oral seperti amoxicillin-clavulanate, cephalexin, atau clindamycin mungkin diperlukan.
3. Membersihkan Luka dengan Benar
- Bersihkan area yang terinfeksi menggunakan sabun antiseptik lembut dan air hangat setiap hari.
- Setelah membersihkan, keringkan dengan hati-hati dan oleskan salep antibiotik sesuai anjuran dokter.
4. Kompres Hangat
- Kompres hangat dapat digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan membantu mengeluarkan nanah dari luka.
- Gunakan kain bersih yang direndam dalam air hangat, lalu tempelkan pada area luka selama 10-15 menit beberapa kali sehari.
5. Hindari Menggaruk atau Menyentuh Luka
Menggaruk luka dapat memperburuk infeksi atau menyebarkan bakteri ke area lain pada tubuh. Jika luka terasa gatal, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan salep pereda gatal.
6. Gunakan Pakaian Bersih dan Longgar
- Hindari pakaian ketat yang dapat memperparah iritasi di area yang terinfeksi.
- Gunakan pakaian bersih setiap hari untuk mencegah penyebaran bakteri.
7. Tingkatkan Sistem Imun
- Konsumsi makanan bergizi yang kaya vitamin C, vitamin A, dan zinc untuk membantu mempercepat penyembuhan luka.
- Pastikan tidur yang cukup dan hindari stres untuk menjaga daya tahan tubuh tetap optimal.
8. Hindari Penggunaan Produk Iritan
Jangan gunakan produk yang mengandung bahan kimia keras seperti pewangi atau alkohol di area yang terinfeksi, karena dapat memperburuk kondisi kulit.
9. Pantau Perkembangan Luka
Jika luka tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan setelah beberapa hari atau justru semakin memburuk, segera kembali ke dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
10. Pencegahan Penyebaran Infeksi
- Jangan berbagi handuk, pakaian, atau benda pribadi lainnya dengan orang lain.
- Pastikan lingkungan tetap bersih dan higienis untuk mencegah infeksi ulang.
Penanganan ektima yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti jaringan parut permanen atau penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Baca Juga: Kulit Merah Mengelupas? Waspadai Pityriasis Rubra Pilaris
Pengobatan Ektima Terbaik di Klinik Utama Pandawa

Ektima, sebagai infeksi kulit yang lebih serius dibandingkan impetigo, membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.
Klinik Utama Pandawa hadir sebagai solusi terpercaya dengan layanan pengobatan terbaik untuk mengatasi ektima.
Didukung oleh dokter spesialis penyakit kulit dan teknologi modern, setiap langkah penanganan dirancang untuk memastikan pemulihan kulit Anda secara efektif dan aman.
Jangan abaikan kesehatan kulit Anda! Segera konsultasikan kondisi ektima di Klinik Utama Pandawa, tempat yang mengutamakan kenyamanan dan kepuasan pasien.
Dengan perawatan yang tepat, Anda dapat kembali memiliki kulit yang sehat dan bebas dari masalah. Hubungi kami sekarang juga untuk mendapatkan perawatan terbaik!

Referensi
- Medline Plus (2023), Ecthyma.
- NIH (2023), Ecthyma Gangrenosum.