Hypodontia

Hypodontia pada Anak: Ketahui Tanda dan Perawatannya

Sebagai orang tua, melihat pertumbuhan gigi anak adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang menyenangkan.

Namun, bagaimana jika gigi anak tidak tumbuh sesuai harapan? Salah satu kondisi yang bisa terjadi adalah hypodontia, yaitu kondisi ketika satu atau lebih gigi tidak tumbuh secara alami.

Yuk, kenali lebih dalam tentang hypodontia pada anak agar kita bisa mendeteksinya sejak dini dan memberikan penanganan yang tepat.

Apa Itu Hypodontia?

Hypodontia adalah kondisi ketika satu atau beberapa gigi tidak terbentuk secara alami dan akhirnya tidak tumbuh. Biasanya, kondisi ini terjadi pada gigi permanen, tapi dalam beberapa kasus juga bisa terjadi pada gigi susu.

Jika jumlah gigi yang tidak tumbuh hanya 1 sampai 6, disebut hypodontia. Bila jumlah gigi yang hilang lebih dari 6, disebut oligodontia. Sementara, jika semua gigi tidak tumbuh sama sekali, kondisi itu disebut anodontia, yang sangat langka.

Apakah Hypodontia Itu Umum?

Ya, cukup umum, terutama pada gigi permanen. Sekitar 3-7% anak mengalami hypodontia, dengan variasi tergantung wilayah dan faktor genetik. Gigi yang paling sering tidak tumbuh adalah:

  • Gigi geraham kecil kedua (premolar kedua)
  • Gigi insisivus lateral atas
  • Gigi bungsu atau molar ketiga (paling umum dan kadang tidak dianggap serius)

Tanda-Tanda Hypodontia pada Anak

Hypodontia pada anak sering kali sulit dikenali sejak awal, terutama karena kondisi ini dapat berkembang seiring waktu. Namun, beberapa tanda umum yang bisa menjadi indikasi yakni:

  1. Tidak tumbuhnya gigi permanen
  2. Gigi kosong atau ruang kosong
  3. Masalah dengan penampilan estetika
  4. Kesulitan dalam pengunyahan
  5. Pertumbuhan rahang yang tidak seimbang
Konsultasi Dokter Online CTA

Penyebab Hypodontia

Hypodontia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor genetik maupun faktor lingkungan. Beberapa penyebab utamanya yakni:

  1. Faktor genetik
  2. Faktor Lingkungan
  3. Gangguan perkembangan gigi

Cara Diagnosis Hypodontia

Dokter gigi akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, baik secara klinis maupun menggunakan rontgen panoramik untuk melihat apakah gigi permanen ada di bawah gusi. Bila tidak ditemukan bakal gigi di area tersebut, maka bisa dipastikan anak mengalami hypodontia.

Diagnosis dini sangat penting untuk menentukan penanganan yang tepat dan waktu terbaik untuk intervensi.

Penanganan Hypodontia pada Anak

Pengobatan untuk hypodontia sangat bergantung pada jumlah gigi yang hilang, usia anak, dan kondisi rahangnya. Berikut beberapa pilihan penanganannya:

1. Observasi dan Pemantauan

Jika hanya satu gigi yang hilang dan tidak menimbulkan masalah, dokter mungkin hanya menyarankan pemantauan rutin sambil melihat perkembangan rahang dan susunan gigi lainnya.

2. Perawatan Ortodontik (Behel)

Kawat gigi bisa digunakan untuk mengatur ulang susunan gigi, menutup celah, atau membuka ruang untuk penempatan gigi tiruan atau implan nantinya. Jika ada ruang kosong di gigi anak, behel gigi dapat membantu mengarahkan gigi yang ada untuk mengisi ruang tersebut.

3. Gigi Tiruan Lepas-Pasang (Partial Denture)

Untuk anak kecil, gigi tiruan sementara bisa membantu dari sisi estetika dan fungsi. Nantinya bisa diganti dengan implan saat anak sudah dewasa dan pertumbuhan rahangnya stabil.

Gigi palsu dapat membantu mengisi ruang kosong dan meningkatkan fungsi pengunyahan anak. Implan gigi juga dapat dipertimbangkan setelah anak cukup usia untuk menjalani prosedur ini.

4. Dental Bridge

Dental bridge bisa digunakan saat ada gigi di sisi kiri dan kanan yang sehat untuk menopang gigi palsu. Namun ini biasanya dilakukan saat anak sudah remaja.

5. Implan Gigi Permanen

Setelah anak mencapai usia dewasa (sekitar 17–18 tahun), implan gigi bisa menjadi solusi permanen untuk mengganti gigi yang tidak tumbuh.

Apakah Hypodontia Bisa Dicegah?

Untuk kasus genetik, hypodontia tidak bisa dicegah. Namun, menjaga kehamilan tetap sehat dan menghindari paparan bahan berbahaya bisa membantu mengurangi risiko gangguan pertumbuhan janin, termasuk pada gigi.

Setelah anak lahir, pencegahan komplikasi lanjutan bisa dilakukan dengan deteksi dini dan pemeriksaan rutin ke dokter gigi.

Kapan Harus ke Dokter Gigi?

Segera periksakan anak ke dokter gigi jika:

  • Gigi susu tanggal, tapi gigi baru tak kunjung tumbuh setelah 6–12 bulan.
  • Jumlah gigi anak tampak lebih sedikit dari biasanya.
  • Anak mengeluh kesulitan makan atau berbicara.
  • Anda memiliki riwayat hypodontia dalam keluarga.

Rekomendasi Klinik Gigi dan Mulut Terbaik di Klinik Utama Pandawa

Konsultasi Dokter Gratis

Jika Anda melihat tanda-tanda hypodontia pada anak Anda, segera cari solusi terbaik di Klinik Utama Pandawa. Dengan tim dokter gigi yang berpengalaman dan fasilitas yang lengkap, kami siap membantu mendiagnosis kondisi ini secara tepat dan memberikan perawatan yang sesuai untuk anak Anda.

Kami memahami pentingnya kesehatan gigi bagi tumbuh kembang anak, dan kami berkomitmen untuk memberikan penanganan yang profesional dan efektif.

Jangan biarkan hypodontia mengganggu pertumbuhan dan kepercayaan diri anak Anda. Di Klinik Utama Pandawa, kami menawarkan berbagai solusi perawatan, mulai dari pemantauan gigi hingga penggunaan prostetik atau kawat gigi untuk mengatasi masalah gigi yang hilang.

Segera kunjungi kami dan pastikan anak Anda mendapatkan perawatan terbaik untuk gigi yang sehat dan fungsi pengunyahan yang optimal. Jadwalkan konsultasi sekarang juga!

Konsultasi Dokter Online CTA