Waspada! Gejala Infeksi Chlamydia Sering Tak Disadari
Gejala infeksi Chlamydia sering kali muncul tanpa disadari, bahkan pada sebagian orang sama sekali tidak menimbulkan tanda apa pun. Inilah yang membuat penyakit ini dijuluki sebagai “silent infection”diam-diam menyerang tanpa gejala mencolok, namun bisa berakibat fatal jika dibiarkan.
Bayangkan, seseorang tampak sehat dan beraktivitas seperti biasa, padahal bakteri Chlamydia sudah mulai merusak organ reproduksinya secara perlahan. Pada wanita, infeksi ini bisa menyebabkan keputihan tidak normal atau nyeri saat berhubungan intim. Sementara pada pria, sering muncul rasa perih saat buang air kecil atau keluarnya cairan tak biasa dari penis.
Sayangnya, banyak orang baru menyadari mereka terinfeksi saat komplikasi sudah terjadi seperti radang panggul atau kemandulan. Maka dari itu, penting banget untuk mengenali gejala infeksi Chlamydia sejak dini, agar bisa segera mendapatkan pengobatan sebelum terlambat.
Mengapa Chlamydia Seringkali Tidak Terdeteksi?
Karakteristik utama klamidia yang membuatnya menjadi ancaman tersembunyi adalah tingginya persentase kasus yang bersifat asimtomatik, atau tanpa gejala.
Diperkirakan bahwa hingga 70-80% wanita dan sekitar 50% pria yang terinfeksi Chlamydia tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi.
Hal ini disebabkan karena bakteri Chlamydia seringkali hanya menyebabkan peradangan ringan yang tidak memicu respons gejala yang signifikan pada tahap awal.

Bagaimana Chlamydia Menular?
Chlamydia menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Penularan paling umum terjadi melalui:
- Hubungan seksual tanpa kondom (vaginal, anal, atau oral).
- Berbagi alat bantu seks (sex toys) tanpa membersihkannya terlebih dahulu.
- Dari ibu hamil ke bayi saat proses persalinan (menyebabkan infeksi mata atau pneumonia pada bayi).
Gejala Chlamydia yang Mungkin Muncul
Meskipun seringkali tanpa gejala, Chlamydia dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala. Sayangnya, gejala-gejala ini seringkali ringan, tidak spesifik, dan mudah disalahartikan sebagai kondisi lain, sehingga seringkali terabaikan:
Pada Wanita:
- Perubahan pada Keputihan
- Nyeri Saat Buang Air Kecil
- Nyeri Perut Bagian Bawah
- Perdarahan di Luar Siklus Menstruasi (Spotting)
- Nyeri Saat Berhubungan Seksual (Dispareunia)
- Perdarahan Setelah Berhubungan Seksual (Post-coital Bleeding)
Pada Pria:
- Nyeri Saat Buang Air Kecil
- Keluarnya Cairan dari Uretra
- Rasa Gatal atau Terbakar di Ujung Penis
- Nyeri atau Pembengkakan pada Testis (Epididimitis)
Baca Juga: Berdarah Saat Berhubungan Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius!
Komplikasi Serius Akibat Chlamydia yang Tidak Diobati
Mengabaikan gejala Chlamydia atau tidak menyadari adanya infeksi dapat berakibat fatal dalam jangka panjang, terutama bagi kesehatan reproduksi wanita:
1. Penyakit Radang Panggul (PID – Pelvic Inflammatory Disease)
Pada wanita, Chlamydia yang tidak diobati dapat naik ke rahim, tuba falopi, dan ovarium, menyebabkan PID. PID dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, abses tuba ovarium, dan meningkatkan risiko infertilitas (ketidaksuburan) akibat jaringan parut pada tuba falopi.
2. Kehamilan Ektopik
Wanita dengan kerusakan tuba falopi akibat PID memiliki risiko lebih tinggi mengalami kehamilan ektopik, yaitu kehamilan di luar rahim yang dapat mengancam jiwa.
3. Infertilitas pada Pria
Meskipun lebih jarang, Chlamydia yang tidak diobati dapat menyebabkan epididimitis yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria.
4. Reiter’s Syndrome (Reactive Arthritis)
Infeksi Chlamydia dapat memicu kondisi langka yang disebut Reiter’s syndrome, yang menyebabkan peradangan pada sendi, mata, dan uretra.
5. Infeksi pada Bayi Baru Lahir
Jika wanita hamil terinfeksi Chlamydia, bayi dapat terinfeksi saat proses persalinan, menyebabkan infeksi mata (konjungtivitis inklusi) dan pneumonia.
Pentingnya Deteksi Dini Chlamydia
Mengingat tingginya angka kasus asimtomatik dan potensi komplikasi serius, deteksi dini Chlamydia sangat krusial. Deteksi dini memungkinkan pengobatan segera, yang dapat:
- Mencegah Komplikasi Jangka Panjang: Pengobatan dini dapat mencegah perkembangan PID, infertilitas, kehamilan ektopik, dan komplikasi lainnya.
- Menghentikan Penyebaran Infeksi: Dengan mengetahui status infeksi, individu dapat menghindari penularan Chlamydia kepada pasangan seksual mereka.
- Melindungi Kesehatan Pasangan Seksual: Pengobatan pasangan seksual yang terinfeksi juga penting untuk mencegah reinfeksi dan mengendalikan penyebaran Chlamydia di masyarakat.
- Mencegah Penularan Vertikal: Deteksi dan pengobatan Chlamydia pada ibu hamil dapat mencegah infeksi pada bayi baru lahir.
Baca Juga: Pengobatan Infeksi Klamidia Pada Wanita di Klinik
Bagaimana Chlamydia Dideteksi?
Deteksi Chlamydia relatif mudah dilakukan melalui beberapa jenis tes:
- Tes Urine: Sampel urine dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri Chlamydia. Tes ini non-invasif dan mudah dilakukan.
- Tes Usap (Swab Test): Sampel usap diambil dari area yang berpotensi terinfeksi, seperti uretra pada pria atau serviks pada wanita.
- Tes Darah: Tes darah tidak umum digunakan untuk mendiagnosis infeksi Chlamydia aktif, tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap Chlamydia, yang mungkin mengindikasikan infeksi di masa lalu.
Siapa yang Harus Melakukan Tes Chlamydia?
Pemeriksaan Chlamydia secara rutin direkomendasikan untuk kelompok individu yang berisiko tinggi, termasuk:
- Wanita aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun.
- Wanita berusia lebih dari 25 tahun dengan faktor risiko (misalnya, memiliki pasangan seksual baru atau lebih dari satu pasangan seksual).
- Pria aktif secara seksual yang memiliki pasangan baru atau lebih dari satu pasangan seksual.
- Individu yang memiliki pasangan seksual yang didiagnosis dengan Chlamydia atau IMS lainnya.
- Wanita hamil harus menjalani tes Chlamydia pada kunjungan prenatal pertama mereka.
- Individu dengan gejala yang mungkin mengarah pada Chlamydia.
Bisakah Chlamydia Kambuh Lagi?
Sayangnya, ya. Meski sudah sembuh, kamu bisa terinfeksi kembali jika berhubungan seksual dengan orang yang masih terinfeksi. Itulah sebabnya pemeriksaan rutin sangat dianjurkan, terutama jika kamu aktif secara seksual atau memiliki pasangan baru.
Segera Periksakan Klamidia ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

Jika Anda merasa berisiko atau mengalami gejala yang mencurigakan terkait infeksi klamidia, segera periksakan diri Anda ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Klinik Utama Pandawa.
Klamidia adalah penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati, seperti penyakit radang panggul, infertilitas, dan peningkatan risiko kehamilan ektopik.
Di Klinik Utama Pandawa, kami menyediakan layanan pemeriksaan yang cepat, nyaman, dan akurat untuk mendeteksi infeksi klamidia.
Dengan bantuan tenaga medis profesional, Anda akan mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai, yang bertujuan untuk mengatasi infeksi dan mencegah masalah kesehatan jangka panjang.
Kami juga memberikan edukasi terkait pencegahan infeksi menular seksual dan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan seksual Anda.
Jangan tunda perawatan, karena kesehatan Anda adalah prioritas utama kami. Dapatkan perawatan terbaik dan solusi terpercaya hanya di Klinik Utama Pandawa!

Referensi
- American Sexual Health Association Diakses pada 2025 Chlamydia: A Common and Curable Infection. https://www.ashasexualhealth.org/chlamydia-101/
- Mayo Clinic Diakses pada 2025 Chlamydia Trachomatis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chlamydia/symptoms-causes/syc-20355349
- WebMD Diakses pada 2025 Chlamydia. https://www-webmd-com.translate.goog/sexual-conditions/chlamydia/

Aktif menulis dan membagikan edukasi yang telah ditinjau oleh tim medis Klinik Utama Pandawa seputar kesehatan kulit, kelamin, estetika, bedah minor & mulut dan gigi berbasis bukti medis.